Sunday, January 01, 2006

Refleksi Tahun Baru

Tahun Baru, Pembenahan Diri
1 Petrus 2:1-10

Pendahuluan
Menyambut tahun baru adalah acara yang sangat dinantikan sehingga orang bersedia tak tidur di malam tahun baru untuk menyaksikan berlalunya tahun lama. Bagi orang Yahudi, perayaan hari pertama di tahun baru [yang disebut "Rosh Hashanah"], jatuh pada awal bulan Oktober. Biasanya mereka mengadakan kebaktian, yang diikuti dengan berkumpulnya seluruh keluarga sambil makan bersama. Selanjutnya, Paus Gregorius XIII mengubah tahun baru menjadi 1 Januari pada tahun 1582, menurut kalender Julianus dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. Di banyak negara, tahun baru merupakan waktu yang terpenting. Beberapa kelompok masyarakat merayakan tahun baru pada tanggal dan bulan yang berbeda-beda. Namun umumnya di negara-negara Kristen tahun baru dirayakan pada tanggal 1 Januari. Setiap orang/negara mempunyai cara dan makna yang berbeda-beda menyambutnya: Orang Kristen merayakan Tahun Baru dengan mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567.
Orang Amerika merayakan tahun baru dengan pergi ke gereja, menyelenggarakan pesta dan mengunjungi tempat pertunjukan.
Bangsa Austria percaya, jika kita menyentuh seekor babi di malam tahun baru, keberuntungan akan tiba di tahun yang akan datang.
Di daerah Inggris Raya penduduk melakukan tarian bersama diiringi permainan musik, mengelilingi api unggun, hingga api padam. Kemudian mereka mengatakan "Selamat Jalan Tahun Lama, Selamat Datang Tahun Baru", diiringi dengan minum anggur bersama untuk kesehatan sepanjang tahun baru. Para suami memberi uang buat para istri untuk membeli peniti selama setahun. Uang untuk peniti ini dimaksudkan sebagai sejumlah uang kecil yang dihabiskan untuk hal-hal kecil. Ada juga yang sebagian percaya bahwa injakan pertama dari seseorang berambut gelap dan membawa hadiah ke rumah mereka, akan membawa keberuntungan pada keluarga.
Di Italia, anak-anak mengenakan pakaian beraneka warna dan pergi dari satu rumah ke rumah lain sambil meminta kembang gula dan kueh. Daun-daun "mistletoe" digantung di pintu masuk sebagai lambang keberuntungan.
Pada malam tahun baru, orang-orang Jerman berkumpul untuk melihat masa depan melalui sebuah tabung besar berisikan air dingin yang diletakkan di tengah ruangan. Bentuk yang terlihat melalui tuangan timah hitam cair panas kedalam tabung tersebut, akan memperlihatkan masa depan macam apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Namun yang terpenting, apakah ada sesuatu yang lebih baik dari kehidupan kita di masa-masa di depan kita atau tetap tak berubah alias madeg [tetapi sesungguhnya hidupnya mengalami kemunduran]. Ada yang mencoba mengubah cara mereka bertingkah laku di tahun yang baru. Misalkan: berhenti merokok/minum beralkohol, mengurangi hal-hal yang menjadi addicted atau lebih berhati-hati dalam menggunakan uang, disiplin dalam waktu, dsb. Seberapa lama janji-janji itu dapat bertahan? "Saya hanya dapat bertahan selama seminggu," kata seorang anak remaja, 19. Yang lain mengatakan tahan berapa bulan aja, dengan berbagai alasan kegagalan. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan ternyata memberikan pengaruh besar dalam diri kita. Ternyata tak mudah untuk berubah. Pada akhirnya, di tahun baru kita dipaparkan pada dua permasalahan besar:
Bagaimana kita dapat bertahan dan mengatasi kesulitan- kesulitan yang akan kita hadapi di tahun yang baru ini?
Kepada siapa kita dapat medasarkan kekuatan untuk mengubah kebiasaan dan tindakan kita sehingga menjadi lebih baik?

Kembali kepada perikop kita, Surat Petrus diberikan untuk menghibur, menguatkan dan mempersiapkan jemaat perantuan dalam menghadapi tantangan dalam pertumbuhan rohani, desakan budaya non-kristiani, sosio-politik yang tak menguntungkan bagi orang-orang Kristen pada waktu itu [1 Pet 2:12]. Lingkungan yang kondusif dan ketidakpastian secara politis tak boleh menjadi alasan bagi tidak bertumbuh. Dalam ketakpastian segala bidang, mereka dituntut tetap eksis dan tetap menjadi saksi bagi Kristus. Kalo kita menerima penulisan kitab [lightfoot] 65 M, berarti 5 tahun ke depan mereka sedang menghadapi gelombang penganiayaan yang besar dari pemerintahan Romawi [kaisar Nero]. Dalam kondisi yang genting, Petrus kemudian menasehatkan mereka akan beberapa hal, yaitu:
1. bersih-bersih [ay.1-6]
Saya ingat sewaktu masih kecil, awal tahun baru malah dilarang keras oleh papa atau mama untuk membersihkan rumah. Nanti malah nggak dapat berkat. Namun berbeda seperti dikatakan oleh Firman Tuhan.
bersih-bersih rumah [message version], Yun: menanggalkan baju lama dan mengenakan yang baru, yang akan terus menerus membawa dampak bagi hidup baru mereka [aorist tense]. Ini dikaitkan kesaksian hidup ditengah-tengah bangsa yang anggap berdosa itu lumrah, kalo tak mau dikatakan sebagai habit. Oleh sebab itu, ketika kita hidup kudus maka hidup kita diberkati.
Menjadi sia-sia, kalo bersih-bersih hanya dengan kekuatan diri belaka. ay. 3 kalo kita anggap Tuhan itu baik [tak merugikan dirimu], datanglah pada Tuhan [ay.4] secara totalitas [ay.2 ’menjadi bayi’ = kesederhanaan/tanpa tipu muslihat, kerendahaan hati, tanpa kejahatan, ketaatan=selalu bergantung/percaya pada orangtua/Allah]. Kekuatan untuk menjadi ciptaan baru [bnd. 2 Kor 5:17] hanya dimungkinkan oleh kuasa darah Yesus dan anugerah pemeliharaan Roh Kudus.
Mengapa harus bersih-bersih ?
karena kita ini hanya menumpang dan sewaktu-waktu pergi ke tempat yang lain [1 Petrus 1:17]. Tak sedikit orang yang beralasan:’tunggu sampai saya bisa baik, maka akan percaya Yesus.” Jika kemah sementara ini diangkat, apakah kita sudah siap menghadap Dia yang menciptakan kita ? apakah mungkin Tuhan menanti dulu sampai kita baik baru dia menjemput saudara? Siap atau tak siap, kapan pun Dia datang menjemput kita, maka kita tak mungkin bisa menolaknya.
kita seperti rumput [1 Pet 1:24] artinya: apa pun ’kemuliaan’ dunia sia-sia dan segera berlalu... lalu waktu kita musnah: apa yang kita dapatkan? Beranikah menghadap Tuhan dengan kondisi carut-marut? Oleh sebab itu, mari berbenah diri !!! apa sih tantangan mereka ? bagaimana hidup kudus dalam moral, etika [1 Pet 1:14-16],Sungguh suatu permulaan yang indah, ketika hati dan hidup kita dibersihkan, sehingga memulai tahun baru dengan way of life dan paradigma baru juga. Itulah awal yang terindah untuk memulai kehidupan baru di tahun yang baru ini.

2. menjadi imam bagi diri sendiri dan orang lain [1 Pet 2:5,9]
setiap orang Kristen harus menjadi imam bagi tubuhnya [mengawasi tubuh/bait] dan menjadi imam bagi hidup rohaninya. Dan sebagai seorang imam, ia harus selalu mempersembahkan korban. Artinya ada yang harus dilakukan secara aktif dan perlu pengorbanan. Seberapa besar pengorbanan yang kita berikan [waktu, tenaga dan materi] untuk membangun kehidupan rohani kita sendiri ?
contoh:
  • kehidupan anak2 imam Eli
  • kerohanian Anak2 nabi Samuel
  • Saya sejak awal menciptakan suatu konsep pentingnya kehidupan rohani [sementara bersifat ritual belaka, sampai nanti mereka lebih memahami kekristenan tak sekedar ritual tetapi prinsip hidup mereka] dan mengajak anak-anak sebelum tidur berdoa, tetapi kadangkala jika aku capai tubuh dan capai hati, saya malas ikutan. Ini kan aneh dan salah, saya yang dorong tetapi saya juga kadang tak memberi contoh yang bagus.
  • Kasus : Lea Aminuddin [aliran Kerajaan Taman Eden] satu sisi positif, ia memberanikan diri menjadi imam bagi dirinya dan keluarga, kelompoknya.
    Dengan demikian kita menghargai keselamatan [ay.7-8, 10] yang Tuhan telah lakukan dengan DARAH [1 Pet 1:17-18].


    Bandung, 1 jan 06

No comments: