Friday, December 30, 2005

Renungan Akhir Tahun

Menanti Yang Tiada Terlihat
1 Sam 1:1-83; Roma 8:22-28;

renungan bagi kita untuk berani melangkah dan menatap masa depan yang penuh dengan krisis

Pendahuluan
Kehidupan masa depan selalu didambakan setiap orang, sehingga tidak sedikit orang yang mencoba berusaha untuk mengetahui tentang masa depannya. Ia berusaha mencari Futurolog (ahli meramal masa depan) atau ahli Feng Shui, atau melalui Horoskop, dll. Sebagai anak-anak Tuhan, apakah kita tidak boleh mengharapkan dan mengetahui masa depan kita, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada masa sekarang ?

Munculnya keinginan untuk mengetahui masa depan dikarenakan manusia ingin mendapatkan suatu kepastian dalam dunia yang tidak pasti. Oleh sebab itu, dalam Mat 6:25-34 Tuhan Yesus mengingatkan umat-Nya yang sedang galau menapaki kehidupan masa depan yang tak pasti. Ia tahu sisi buram dari kehidupan manusia ini dengan memberikan penghiburan melalui ilustrasi kehidupan keseharian yang dapat mereka lihat. Ia tidak memberikan pelajaran doktrinal atau wejangan-wejangan yang tinggi-tinggi.

Mengapa muncul kekuatiran dalam kehidupan kita sebagai manusia ? Tentu kekuatiran adalah sesuatu yang normal dan alamiah adanya, tiada sesuatu yang salah. Menjadi masalah ketika kita mengatasi kekuatiran dengan mencari jalan keluar di luar Tuhan, yang menciptakan kita. Kalau kita sedang gundah-gulana, mana mungkin Tuhan [yang menciptakan dan mengasihi kita] dengan tenang melihat anak-anak? Tak sedikit anak-anak Tuhan kurang sabar dan peka mendengar suara Tuhan dan ingin berjalan sendiri.

Kekuatiran acapkali menggoncangkan iman kita atau mengaburkan mata kita untuk melihat ‘karya’ Tuhan di balik pergumulannya. Hana menghadapi kekuatiran juga, ia mendapati hidupnya dipenuhi kegundahan karena tiadanya jaminan yang pasti mengenai kehidupan rumah-tangganya. Hana selama menikah tidak dikarunia seorang anak yang diharapkannya, apalagi Penina (istri ke 2 Elkana) selalu menghina dia. Namun yang patut diteladani adalah langkah yang diambilnya. Ketika ia menghadapi kesulitan, Hana datang kepada Tuhan, berseru, berteriak, menangis atas apa yang dialaminya.

Ada hal yang menarik, yaitu Tuhan sama sekali tidak memberikan jawaban atau janji kepada Hana. Namun harus dengan tekun berharap, berdoa dan menyampaikan keluhannya kepada Dia (bandingkan Rom 8: 26-27). Dan Imam Eli lah yang ‘menegur’ dan memberikan harapan kepadanya. Respon Hana sungguh luar-biasa, ia meng-amin-kan perkataan dari utusan Allah ini. Ia tidak meragukan, menanyakan atau berdebat sama sekali ucapan Iman Eli.

Tuhan akhirnya mengingat doa Hana dan memberikan pengharapan yang indah kepada Hana – Elkana (1 Sam 1:19). Sekali lagi hal yang patut diteladani dari Hana, yaitu Ia menepati janji / Nazarnya kepada Tuhan (1 Sam 1:11; 27-28). ‘seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan’… ini perkataan yang agung keluar dari mulut seorang perempuan yang telah belajar beriman dalam menjalani kehidupan masa depannya. Kalau Tuhan telah memelihara masa depannya, maka ia yakin Tuhan juga memelihara anak kesayangannya.

Refleksi:
1. Apakah hidupmu memiliki kekuatiran ? Bagaimana engkau mengatasinya: dengan kekuatan diri atau mencari Tuhan ? ataukah mencari Tuhan setelah jalan yang kita usahakan sendiri mengalami kebuntuan ?

2. Menjelang akhir tahun 2005 ini selesai dan akan menghadapi tahun 2006, adakah janji-janji kita kepada Tuhan yang belum kita genapi ? Apakah yang menjadi tekadmu di tahun 2006 di hadapan Tuhan ?

bandung, 30 des 05

1 comment:

Alexander said...

Menjelang akhir taun memang kita kadang 'dipaksa' untuk berpikir apa yang sudah dilakukan sepanjang taun dan apa yang akan kita lakukan kemudian.

Melihat diri saya sendiri, satu langkah iman yang besar saya ambil yaitu dengan meninggalkan kenyamanan pekerjaan yang bergaji besaaar dan mulai masuk dunia usaha dengan segala resikonya.

Kenapa saya bilang langkah iman yang besar? karena untuk melangkah ke arah ini saya harus benar-benar berkulit badak untuk teguh berpegang pada keyakinan akan pimpinan Tuhan walaupun 'digoda' sana-sini untuk tetap duduk manis di singgasana kenyamanan pekerjaan.

Anyway thanks a lot buat pa Samgar yang menyentil saya untuk ingat minta pertolongan Tuhan dan taat.


Alexander Lie
http://www.friendster.com/profiles/lackzee
http://liguoli.blogs.friendster.com/lexz_vision_2006/