Tuesday, April 30, 2013

Pergumulan Seorang Pelayan Tuhan


Lukas 10:38-42

Kebutuhan seorang pelayan Tuhan adalah kesiapan hati untuk menyambut Yesus setiap saat dan kesempatan. Hal ini tidak mudah, terlebih tersitanya perhatian setiap orang oleh rutinitas dan berbagai kesibukan. Pergumulannya bukanlah melawan dosa, kesulitan hidup. TeTapI melawan keASYIKan 'MELAYANI' Yesus, sampai Saudara sendiri tidak siap merasakan kehadiran Tuhan atau menghadap Tuhan setiap saat. Tidak sedikit peLAYAN Tuhan bukan ragu akan masalah keselamatan, keyakinan doktrin itu benar atau salah, atau berguna/tidaknya hidupku untuk-Nya, tetapi kebutuhan untuk setiap saat mengHADAP Dia [bersekutu, berdoa, berteduh, berpuasa].

Marta sedang asyik dengan pelayanannya, dia tidak siap menyambut kehadiran Yesus. Ketidaksiapan itu nampak dengan kejengkelannya pada Maria yang tidak membantu ‘pelayanan’nya untuk menjamu Tuhan Yesus (ayat 40b). Berbanding terbalik dengan Maria yang sangat menikmat kehadiran Yesus, dengan sangat antusias menyimak segala perkataan-Nya. Yesus menegur Marta yang sibuk dengan perkara-perkara yang seharusnya bisa ditunda. Sedangkan Maria telah memilih yang esensi. 

Apa yang dirasakan Marta dapat dimengerti dan dia merasa Tuhan Yesus tidak peduli dan mengasihi atas apa yang sudah dilakukannya. Tentu saja Allah PEDULI, namun Dia ingin Marta belajar satu-satunya pelayanan yang mendasar. 

Acapkali tidak sedikit orang yang sibuk dengan pelayanan rohani, berusaha memberikan yang terbaik bagi gereja namun sesungguhnya Tuhan LEBIH menginginkan umat-Nya meluangkan waktu bagi firman Tuhan. Jadi Maria telah memilih apa yang paling penting. Yesus mengingatkan bahwa tiada hala apa pun yang dapat menggantikan saat pribadi bersama Allah; tiada pengganti bagi hubungan dengan Kristus. 

Penyembahan bukan sekedar berbicara pada Tuhan. PElayanan bukan kesibukan yang di'atasnama'kan Tuhan, Tetapi juga saat-saat mendengar apa yang Dia inginkan bagi Saudara.

Thursday, April 18, 2013

May I Always Build


I will open my eyes to VISION, that I may unlock the message in the stone and the clay.
Let me sense in the sand and the iron and the tree the mystery beyond all mysteries, the Builder beyond all building. 
With Vision MAY I ALWAYS BUILD.

I will open my mind to HUMILITY, that i may remember my debt
to those who have taught me,
and strive to discharge it to those whom i teach.
Let me be always aware that my days are short, my work is long,
my talent endures not forever.
In Humility MAY I ALWAYS BUILD.

I will open my heart to PATIENCE, that those for whom I plan may not be denied their true answer 
through any haste of mine or shallow expediency. 
As my art grows in the building of man's shelter, so may my heart grow in the building of man's happiness. 
Patiently MAY I ALWAYS BUILD.

I will open my hands to ARTISTRY, that i may skilfully turn point, 
line and plane to the support and protection of man's body,
to the nourisment of his hope,
to the preservation of his culture.
Let my tools be adroit and ready weapons in his resistance to decay and his struggle to be free. 
With Artistry MAY I ALWAYS BUILD.

Even if the whole world ravage and destroy,
MAY I ALWAYS BUILD. 
Let my work go beyond creed and color and nation,
bringing the world of difference,
letting fall to ruin the House of War
and enlarging the House of Peace . 
While the breath of the Great Architect is in me,
MAY I ALWAYS BUILD

Tuesday, March 19, 2013

Hari Kelima: PUASA

PUASA adalah sebuah peralihan fokus belaka. Terlihat sangat sederhana, namun tidak semudah itu menjalaninya. 

Puasa bukan hanya sekedar penundaan waktu makan/minum, menahan nafsu apa pun untuk sepersekian jam, bukan, bukan hanya itu, tetapi Puasa adalah peralihan fokus! Puasa adalah pemberian diri (moga bukan pembiaran diri) Dalam menjalani kehidupan rutinitas kita, maka fokus kita adalah diri kita, si AKU ini. Apakah itu? Bisa hal itu bicara mengenai: makanan yang ingin dinikmati, kesukaanku harus segera terpuaskan, egoku yang harus kupenuhi hari ini, ds...dsb.... aku ingin ini dan itu!

Nah ketika kita berpuasa, maka hal itu tidak bicara penundaan waktu makan atau minum, membatasi diri terhadap keinginan makan dan minum, membatasi hawa nafsu kita saja, melainkan PUASA memberikan seluruh fokus kita kepada Tuhan, yang sangat mungkin ter'ABAI'kan, ter'SISIH'kan, semoga tidak ter'Buang' dari pikiran kita.

Dalam PUASA kita diarahkan (semoga tidak sekedar di'PAKSA'kan) untuk memikirkan apa yang Tuhan suka untuk kita kerjakan, Apa yang Tuhan benci agar kita tidak lakukan...dsb...dsb Intinya memberikan seluruh perhatian kita sepanjang hari itu untuk selalu memikirkan, merenungkan dan refleksi akan siapa Allah dan siapa saya!

Selamat beraktifitas!

Sunday, March 17, 2013

Saat Saat Yesus Dikhianat

Matius 26:20-25, 31-36; 40-46

 Keempat Injil mengisahkan perjalanan Yesus dan  para murid-Nya menghadapi saat-saat kematian Yesus. Nats bacaan kita hari ini merupakan bagian dari rentetan keseluruhan perjalanan Yesus sampai ke bukit Golgota. Pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, diadili, disangkali dan dikhianati oleh murid-muridnya sendiri dan sampai disalibkan. Yesus mengundang murid-murid-Nya untuk berada disekelilingnya dan merayakan Paskah bersama dengan makan bersama. Persekutuan di meja makan atau makan bersama mempunyai arti yang sangat penting dalam tradisi Yahudi. Lihat kasus Elia: 1 Raja 19:7-8. Makan bersama bukan saja mengakrabkan orang-orang yang duduk bersama dalam satu meja melainkan lebih dari itu, dalam tradisi yahudi makan bersama dipakai juga sebagai tanda perdamaian keduabelah pihak yang pernah bertikai, sebagai tanda bahwa kedua belah pihak yang pernah bertikai sepakat untuk berdamai. Bukankah di tradisi orang Chinese, sebelum menegur atau menasehati, maka makan dipakai ajang yang baik, bukankah acapkali negosiasi bisnis juga tercapai dengan baik ketika kedua belah pihak makan bersama?
Tradisi makan bersama ini dipakai Tuhan Yesus juga untuk menguatkan hubungan antar murid dan mereka dengan diri-Nya, sebelum ‘badai’ besar itu datang pada-Nya dan para murid. Persiapan para murid untuk menghadapi penolakan, penganiaan bahkan resiko nyawa mereka sendiri dan tentunya resiko iman mereka (lihat kasus: Petrus yang menyangkal danTomas yang masih meragukan kebangkitan Yesus).
Dalam perjamuan itu, Yesus lalu mulai menasehati para murid2-Nya:
1.      Yudas (ayat 21 - sebisa mungkin, walau terasa mustahil karena dari kacamata rohani, Iblis sudah menguasai motivasi dan hati Yudas).
Bagaimana reaksi dari Yudas? Dalam ayat 25, ia tetap merasa tidak melakukannya [Padahal Yudas sudah sepakat dengan para penangkap [ayat 10-11]. Bukan hanya Para murid menolak tuduhan Yesus, Yudas malah mereka memberikan penegasan. Mereka semua melakukan bersih-bersih diri alias pembenaran diri dengan berkata :"bukan aku, ya Tuhan".
2.      Petrus (ayat 31). Pembenaran diri ini berlanjut dengan penegasan oleh Petrus, dengan memukul dadanya sambil berkata: "semuanya bisa tergoncang imannya namun aku tidak". Namun tidak dalam hitungan hari, Petrus yang paling awal tergoncang imannya. Ia jatuh hanya oleh sebuah pertanyaan sederhana dari seorang hamba perempuan yang sederhana, bukan oleh todongan pedang, yang akan mengancam jiwanya secara langsung. Ia cuma menegur Petrus, mengatakan hal yang sebenarnya yang ia ketahui; seorang pelayan perempuan dengan tangan kosong hanya menegur Petrus sang pemberani yang pernah memotong telinga pengawal imam besar. Sebenarnya secara logika tidak ada alasan yang kuat bagi Petrus untuk menghianati Yesus. Namun Petrus telah melakukannya dan penghianatan ini telah mengungkap potret manusia pada umumnya dan gereja secara khusus.
3.      Tomas (Yohanes 20:27). Yesus ingin Tomas percaya, namun Tomas berkata bahwa jikalau ia tidak mencucukkan tangannya ke lobang bekas paku itu, ia tidak akan pernah percaya – ayat 25).
4.      Dan murid-murid lainnya, yang meninggalkan Tuhan Yesus dan mengunci diri (Yohanes 20:19). Itu pun termasuk mengkhianati walau tidak separah Yudas. Tetapi kualitas pengkhianatan itu tetap sama!

Mengapa itu bisa terjadi? Karena (1) mereka menyangkali! Mereka merasa tidak mungkin melakukan pengkhianatan itu, sesuatu yang serasa jauh dari akal sehat mereka. (2) Mereka merasa Kuat! Padahal Yesus sudah berulang-ulang mengajak mereka berjaga-jaga dengan berdoa bersama Dia (Matius 26:40-44). (3) Harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tidak tercapai, baik Yudas (yang menginginkan Yesus melawan dan bereaksi  bak panglima perang umumnya), para murid yang sibuk mencari kekuasaan atau berdebat siapa diantara mereka yang besar. Bagaimana dengan kita saat ini? Pengkhianatan kepada Yesus masih bisa terjadi kapan pun, walau pun bentuknya berbeda, namunnya intinya sama!

Diskusikan:
1.      Pengkhianatan apa yang terjadi saat ini di dalam hidup pelayanan gereja atau dalam hidup kita? Mengapa bisa demikian?
2.      Bagaimana mencegah agar itu tidak terulang terus dalam sejarah kekristenan?

Thursday, March 14, 2013

Hari ke empat: PUASA

Filipi 3:10 'Puasa tidak berbicara mengenai apa yang engkau bisa DAPATKAN dari Allah setelah melalui masa-masa 'kesengsaraan'mu (tidak makan, tidak minum, walau itu masih terlalu kecil dibandingkan dengan penderitaan Kristus) tetapi Puasa bicara mengenai APA yang engkau BERIKAN dari masa berpuasa di minggu-minggu kesengsaraan Yesus. 

Apakah engkau bisa me'mati'kan segala ego-mu dan bangkit untuk memberikan pengaruh bagi dunia disekitarmu.

Jadi puasa adalah bagian kecil dari apa yang dimengerti dari sebuah kata 'bersekutu dalam penderitaan'Mu.

Wednesday, March 13, 2013

Hari ketiga: PUASA

Puasa membuat setiap kita (tentu bagi yang berpuasa) tidak pernah menolak atau menunda sebuah ajakan ketika ada ajakan untuk bersantap: 'Anak-anak/Pa/Ma, yo makan"; atau "Mari sudah waktu kita makan (berbuka puasa)'. 

Sudah sering kita dengar beberapa anggota keluarga berkata:'ntar ma (atau pa), kerjaan masih nanggung! atau 'belum lapar ma', nanti aja aku makan setelah lapar sekali', atau 'malas acah makan har ini, dan alasan lainnya; ketika menu makanan sudah tersaji atau hidangan berbagai menu telah ada di meja makan. Reaksi penolakan atau penundaan ini, tidak jarang membuat kesal, gundah gulana bagi yang menyajikan makanan itu dengan susah payah.

Ingin menikmati ajakan waktu makan? tiada cara lain selain engkau untuk berkomitmen untuk berpuasa! selamat berpuasa!