Friday, September 30, 2011

Ter'PAKSA' RETREAT (1)

Hari ini, 27 Agustus 2011 ... ada perasaan senang karena anak-anak dah libur panjang dalam rangka idul fitri. Aku mulai hari ini dengan doa pagi di gereja, dan tidak perlu tergesa-gesa balik, en masih sempat ngobrol dengan jemaat baru setelah itu balik ke rumah (TKI III D1-121). Setelah saat teduh, saya mandi en siap-siap untuk menyelesaikan kerjaan yg telah di'deadline', sekalian antar si sulung (fu en) ke KoPer untuk kerja kelompok.

Aku sempat ingin menggunakan motor Honda Beat, namun Nanncy ngomong: 'Pa, jangan motor itu karena aku mau pakai". Aku juga tawarkan ke Tirza apakah mau ikut antar koko? Dia menjawab:"ngga ach... mau dirumah aja." (padahal biasanya dia selalu pingin ikutan, tapi hari itu ... dia tidak mau). Maka, Aku menaruh tas + Laptop ke kantor gereja... lalu antar ke Fu En, lalu janjian sekitar Pk. 10.30, akan kujemput kembali dia disana.

Dan terjadi 'musibah' itu tanpa pernah terpikirkan olehku. Jalanan di TKI I waktu lenggang... aku sempat melihat 2 anak kecil (sekitar SD kelas 5-6) sedang ngobrol di pinggir jalan dan membelakangiku. Tentu dalam logikaku, mereka tak mungkin nyebrang tanpa melihat arus lalu lintas di belakang mereka. Oleh sebab itu, laju motor Suzuki Smashku tetap kupacu seperti apa adanya tanpa mengurangi atau menambah kecepatan. NAMUn, apa yang terjadi? dua anak itu tanpa menoleh dan melihat arus lalu lintas dari arah belakang, mereka langsung menyebrang. Dalam waktu begitu dekat dan kondisi rem motor depan yang kurang pakem... akhirnya aku tabrak anak itu. Aku hanya bisa berteriak: "aduh....". AKu jatuh, satu anak itu lalu bangun dan lari ketakutan sedang yang satu di bantu polisi ke kantor polisi (peristiwa berdekatan dengan kantor polsek TKI). lalu mereka baru bantu aku. Ada seorang yang bertanya: "bisa bangun pa?" dan aku menjawab: "tidak bisa karena kaki patah... tidak ada tenaga menggerak kaki kiriku". (aku dah merasakan tuh tulang dah berbunyi...ketreg...kreteg... yang menandakan adanya tulang yang retak di sekitar tulang kering).
(lengan diinfus untuk diberikan obat anti nyeri)

Dua polisi segera menggotong diriku dan aku menggelantungkan dua tanganku ke leher mereka. Saya dah merasakan kesakitan yang tak terkatakan ... seorang polisi bertanya siapa yang bisa dihubungi... lalu kuberikan nomer telpon gereja untuk meminta Yustina bisa datang dan antar aku ke RS Halmahera untuk rontgen kondisi tulang kaki saya.

Tidak beberapa lama datanglah Ko Setiawan, Ko Ivan dan Marita; Ko Entek + Fenny A., Sdr Andreas, Yustina dan Nanncy. Lalu ko Setiawan segera meminjam mobil ke kokonya di TKI I dan segera saya dibawa menuju ke RS Halmahera. Perjalanan itu penuh perjuangan, mengapa karena harus menahan sakit yang luar biasa, terlebih ketika melewati polisi tidur. Jadi bila mobil itu goyang, maka sakitnya tambah terasa.... akhirnya sampailah perjalanan yang penuh kesakitan itu.... Andreas dan ko En Tek, masih sempat bergurau agar aku tidak mikir sakitnya, "Heran ya kalau pegang kakinya pendeta dan keponakan saya yg waktu itu juga mengalami patah tulang".
"kalau keponakan saya, sudah dibantu... masih mengumpat dan marah2. Sedang Pak Samgar... diam tidak banyak bicara". Memang saya tentu tidak berteriak...teriak, sebab ngomel-ngomel atau mengeluh juga tidak bermanfaat atas apa yang sudah kualami.

Begitu tiba di RS, mereka langsung meluruskan kaki saya, dan sakitnya minta ampun deh... lalu mereka rontgen kaki dan dada saya. Dokter di UGD mengatakan bahwa tulang kering kaki kiri saya ada masalah: di Engsel ada pergeseran, Tulang keringnya patah dan ada beberapa bagian di tulang kiri itu yang retak-retak. Mereka bertanya: "apakah mau dioperasi untuk dipasang plat dan pen di kaki bapak?". Sambil menunggu beberapa pertimbangan, saya putuskan untuk opname sehari aja. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya malam itu, pk. 21.30-an diputuskan untuk pulang ke rumah aja.

Apa yang kupelajari hari itu? Satu hal, yaitu kita tidak tahu bagaimana kehidupan kita beberapa langkah ke depan. Kita ingin merencanakan sesuatu, tapi segalanya belum tentu terjadi jika Tuhan tidak mengizinkan. Padahal kami sekeluarga ada rencana seusai pelayanan hari mInggu akan ke Jakarta untuk liburan sekalian bertemu dengan kakak ipar dan keluarga besar dari Nanncy. HIDUP ITU adalah ANUGERAH.

No comments: