Yohanes 13:1-17
Pendahuluan
Dunia di abad 21 memasuki kondisi yang sangat menakutkan, dunia semakin modern semakin canggih tapi orang yang semakin canggih justru semakin jahat dan mulai luntur loyalitasnya. Sehingga ketika orang berupaya untuk ‘memakan’ sesamanya, digunakan teknik-teknik yang sangat canggih untuk menghancurkan orang lain maka di jaman sekarang ini terlalu banyak istilah yang bagus, yang indah namun dipakai untuk menghancurkan orang lain.
(lihat kasus perebutan pemain sepakbola, tenaga professional dari perusahaan A ke B, dst).
Uang, ketenaran dan jadi pusat perhatian dunia sangat dibutuhkan semua orang. Tetapi berapa yang setia?
Konteks ketaatan, setia tak sedikit digunakan dalam relasi-nya dengan PELAJARAN TENTANG AKHIR ZAMAN. Maksudnya sejauh mana seseorang itu taat atau tidak bukan terletak pada awal pelayanannya atau tugas yang diembannya, tetapi di akhir lintasan apakah ia masih membawa tongkat itu?
Contoh:
1. Simson… awal-awal dia menjadi hakim LUAR BIASA, tetapi di tengah dan akhir hidupnya, ia bukan hamba yang setia or taat. Mungkin ia tak beruntung, karena ia hadir di waktu dan sejarah yang tepat, yaitu ia hidup ditengah bangsa pemberontak, bangsa yang selalu tak bersyukur, bangsa yang tegar tengkuk, bangsa yang merasa baik dan hebat namun pandai mengkritik kesalahan orang lain.
Kehidupan kerohanian yang menggebu-gebu tidak menjamin tidak akan berbuat dosa lagi atau terus berkobar...jika tak peka akan suara Tuhan.
Bagaimana pun proses pengenalan Simson akan Allah di dalam hidupnya, memberikan pengaruh akan perjalanan hidupnya di kemudian hari.
2. Naaman yang mengalami penyakit, harus mengalami ’perlakuan’ tak sesuai jabatannya... namun akhirnya ia disadarkan pegawainya untuk menaati supaya sembuh. Cara berpikir dia berbeda dengan cara berpikir dirku. (2 Raj 5:1-14). Tanpa ketaatan (kerendahan hati, aku biasa saja di hadapan-Nya, dll) tak ada berkat. Proses menuju jalan ketaatan itu tak ENAK. Ketika ia kirim surat ke raja Israel, namun raja Israel marah, karena dilecehkan...lalu Nabi Elisa suruh Naaman menghadap dirinya, tetapi Elisa tak mau bertemu dan menyuruh Gehazi yang menghadap. Disini terlihat dalam ketaatan itu ada unsur iman. Keyakinan atau iman bahwa ’terhina’nya dirinya sebagai jalan untuk membawa kepada kesembuhannya dirinya. Ia yakin itu dan kemudian menjalaninya.
Mengapa kita taat, mengapa kita masih terus di jalan itu? Karena tak ada pilihan? Karena takut berkat Tuhan diambil dari diri kita? Kita tak pernah lebih serupa dengan Kristus selain menaati seluruh yang diinginkan-Nya. Pelayanan dan ketaatan adalah dua sisi dari sebuah uang, lihat kasus pencucian kaki yang Yesus lakukan kepada murid-murid-Nya. Sebelumnya
Lalu apakah yang bisa kita pelajari:
Arti kata “TAAT” :
o Arti kata “SETIA”, di antaranya adalah PATUH dan TAAT. Contoh kalimat dari Kamus Bahasa Indonesia adalah, “Bagaimanapun berat tugas yang harus dijalankannya, ia tetap setia melaksanakannya.” Kesetiaan akan terbukti apabila kita melakukan tugas pelayanan yang disertai rasa patuh dan taat, serta penuh tanggung jawab sampai tugas itu selesai kita kerjakan.
o Literatur klasik: kredibel, terjamin, terbukti, jadi percaya pada sesuatu atau seseorang percaya kepada seseorang. Artinya ia menikmati ‘ketaatan’nya pada orang lain, bergantung pada perjanjian / agrrement atau ‘mengikatkan dirinya sendiri pada’. Dan kemudian berkembang pada pengertian: menghormati perjanjian itu.
o Aman (PL) = artinya firmness, fix, stabil, atau dapat dipercayai.
o Dan kata ini selalu dikaitkan denga perjanjian Allah dengan beberapa umat pilihan-Nya (covenant of God). – Mazmur 25:10. Ia adalah pusat dari the covenant relationship Allah – Manusia (2 Tim 2:13).
o Yang menjadi dasar pemberitaan pemazmur (40:11) Dan sandarannya (57:3) ketika menghadapi musuh atau cobaan (1 Korintus 10:13) sebab Allah adalah setia (1 Kor 1:9)
o Hosea 2:19 sebagai dasar pernikahan dari Hosea.
Latar Belakang:
Pada masa itu, jalanan di Israel berkelok-kelok, berbatu dan berdebu yng tebal. Jika hujan turun pasti jalanan menjadi lebih parah, sehingga alas kaki dan kaki menjadi kotor sekali. Oleh sebab itu, menjadi suatu kebiasaan, bagi tuan rumah menyediakan sebuah seorang budak di pintu rumahnya untuk mencuci kaki para tamunya. Lalu alas kakinya ditaruh di depan rumah atau jika keluarga itu tak mampu menyewa budak, ia akan melakukannya atau para tamu yang pertama datang akan dengan sukarela melakukan itu. Dan itu tak dilakukan oleh para murid-murid-Nya untuk melakukan tugas rendahan ini.
1. Ketaatan tak perlu dipamerkan atau diberitahukan
Yesus tak kesal atau sedih bahwa mereka tak berbuat sesuatu apa pun, tetapi ia langsung mempraktekkan kepada para murid-murid-Nya, sehingga Petrus yang langsung bereaksi, yaitu malu, segan dan rasa bersalah (ay. 6-8). Jadi ketaatan adalah keterlibatan langsung dari diri kita. Bukan mengharapkan orang lain lebih dahulu.
Jadi kerelaan mendahului keterlibatan tersebut.
Ketika Yesus melakukannya, ia merasa sangat tidak layak... tak cukup hanya berhenti disitu! Apakah ketidakberlayakkan itu semakin membuat kita melayani dengan setia. Mau menerima kadang-kadang membutuhkan lebih banyak kasih karunia dari pada memberi kepada orang lain. Dan keseganan kita untuk menerima betul-betul menyingkapkan kesombongan kita. Padahal Kis 20:35 - “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”.
o itu berarti kita menolak berkat, karena ‘menerima’ juga ‘diberkati’.
o kita tidak mengijinkan orang yang mau memberi itu mengalami keadaan ‘lebih diberkati’ itu.
2. Ketaatan dalam pelayanan diperlukan suatu kerelaan
Yesus melakukan dengan rela. Bukan terpaksa. Kasus yang mirip:
Perumpamaan dalam Matius 21:28-32 menceritakan tentang anak sulung yang mendapatkan perintah dari bapanya, menjawab “ya” tetapi kemudian tidak melakukannya; sedangkan anak kedua yang mendapatkan perintah yang sama, menjawab “tidak mau” tetapi kemudian menyesal dan melakukan perintah tersebut. Tuhan Yesus bertanya kepada imam-imam kepala dan para penatua: anak yang manakah yang melakukan kehendak bapanya? Orang-orang itu menjawab: yang terakhir. Mereka tahu jawabannya, Tuhan Yesus juga tahu bahwa orang-orang itu sebenarnya tahu akan asal dari baptisan Yohanes.
Maka Tuhan Yesus mereka jawaban yang ’tajam’ kepada mereka: sesungguhnya, pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Surga, karena kamu tahu bahwa Yohanes Pembaptis datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu tetapi kamu tidak percaya, sementara para pemungut cukai dan perempuan sundal percaya; setelah kamu melihatnya, kamu tetap tidak menyesal dan tidak percaya juga.
Isu utama dalam hal ini adalah bukan pada anak pertama atau anak kedua melainkan adanya 2 model manusia yaitu yang selalu berkata “ya” tetapi tidak pernah melakukannya dan model manusia yang berkata “tidak” kemudian menyesal dan menjalankannya.
Di dalam zaman yang segalanya dihitung dengan imbalan, maka segala hal yang ’unworthy’ berapa yang dilakukan dengan kerelaan?
3. Ketaatan dalam pelayanan bukan sebagai suatu tanda kelemahan.
Melayani Tuhan tak berarti tiada konfrontasi atau mengeluarkan kata-kata yang keras kepada orang lain. Tak sedikit Yesus menggunakan kata-kata teguran baik bersifat sindiran hingga teguran yang keras.
William Barclay:”Tidak ada orang yang dekat sesamanya daripada orang yang hidup dekat dengan Allah.... ia menerukan sautu kalimat bahwa kebahagiaan-Nya adalah ketika ia bisa melayani mereka. Dan itulah kemuliaan-Nya.
Charles Swindoll:’apakah kalau mereka sudah dilayani dengan baik, mereka tak akan pernah menyerang balik diri kita? Apakah berarti seorang pelayan yang taat kepada Allah tak pernah disakiti atau ditipu atau bahkan dikhianati? Apakah janji upah yang mengikuti (ay.17 – kebahagiaan) imun dari penderitaan, sakit penyakit atau bahkan kemiskinan?
Lihat setelah kasus pembasuhan ini, Yesus baru memberikan teladan untuk saling berebut siapa yang terbesar. Tetapi seharusnya memberikan teladan pelayanan.
Penutup
Yoh 14:15 merupakan ayat pengunci Yoh 14:12-14 yaitu, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.” Dalam Yoh 14:21, ayat tersebut dibalik, “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukanNya, dialah yang mengasihi Aku.” Dengan kata lain, bagaimana orang Kristen mencintai Tuhan tak terlepas dari bagaimana ia taat melakukan semua perintahNya. Maka, orang yang tak melakukannya dengan alasan apapun berarti tak cinta Tuhan. Jikalau ia melakukan semua perintahNya, pasti tak mungkin meminta hal-hal negatif. Maka hanya orang yang cinta dan percaya Tuhan berhak meminta kepadaNya. Dengan demikian, kaitan antara ayat 14 & 15 tak dapat diselewengkan dan dipermainkan.
No comments:
Post a Comment