Monday, October 05, 2009

Apa arti sebuah panggilan

Roma 10:14-15

by Pdt. Rahmiaty

Pendahuluan

Ayat 15 adalah ayat kutipan dari Kitab Yesaya. Indahnya kedatangan menjadi terasa bukan terletak pada orang yang membawa berita tersebut tetapi LEBIH karena BERITA yang disampaikan oleh si pemberita. Dan ini semakin terasa ketika dengan jelas siapa yang sesungguhnya mengutus si pembawa berita yang indah itu. Namun trend sekarang seolah-olah menampakkan kepada sautu realita yang tak enak didengar yaitu: tiada keindahan dalam beritanya yang disampaikan, apalagi orang yang membawanya. Mengapa demikian?

  1. Tak sedikit orang yang memiliki kesan bahwa hamba Tuhan adalah mahkluk aneh, asing, suatu panggilan untuk masuk dalam golongan orang yang putus asa, jabatan bagi orang-orang yang tak memiliki berpengharapan. Bukankah orang tua lebih senang anaknya lulus menjadi dokter, ataukah menjadi seorang pendeta? Poinnya bukan setiap orang harus menjadi pendeta tetapi setiap kita haruslah menjadi pemberita kabar baik. Kenapa tiada kebanggaan untuk menjadi pembawa kabar baik? Ini dikarenakan pemahaman dalam diri kita akan kebenaran itu sendiri. Kalau setiap kita merasa firman Tuhan boleh ada atau tidak tak penting, maka sikap dan mentalitas kita pun juga tak akan berbeda jauh. Namun jika menganggap firman atau kabar baik itu penting, ia seperti mutiara yang ditemukan atau didambakannya begitu lama, maka ia akan meninggalkan semuanya, rela melepaskan karena ia mendapat kepastian bahwa yang baru didapatnya itu lebih berharga dari yang sebelumnya.
  1. Ya benar memang irman itu penting dan harus dikabarkan kepada siapa pun juga, tapi ... itu kan bukan tugas saya. Trend sekarang adanya double standard atas hamba Tuhan dan untuk jemaat. Kalau jemaat itu part time for God... Kalau demikian separuhnya untuk siapa? untuk setan memangnya? 1 Pet 1:13. Bukankah ayat ini untuk semua anak Tuhan, bukan hanya untuk seorang hamba Tuhan atau pendeta. Ayat ini mengajar bahwa sebagai anak Tuhan harus profesional, siap atau tidak siap, setiap kita harus bisa mempertanggungjawabkan firman Tuhan kepada mereka yang sedang bertanya. Standard untuk melakukan firman Tuhan adalah sama atau standard untuk memuliakan Tuhan juga sama, siapa pun dia dan apa pun jabatannya. Jadi kita semua ini hamba Tuhan, atau semua orang juga dipanggil oleh Tuhan, yaitu semuanya bertujuan untuk hidup dan mati bagi Tuhan (Roma 14:7-9). Setiap kita adalah anggota dari tubuh Kristus. Kalau pelayanan hanya mengandalkan beberapa orang, maka gereja-Nya hendak dibawa kemana atau apakah mungkin akan bertumbuh? Bukankah surat Petrus mengatakan bahwa setiap kita adalah imamat rajani. Itu artinya setiap kita adalah seorang imam bagi orang lain yang sedang mengalami masalah dosa, atau masalah apa pun. Luk 10:2 tuaian banyak tetapi pekerja sedikit... Mengapa kita hamba Tuhan bgritu sibuk? Ini bukan karena seorang pendeta/hamba Tuhan kepakai oleh-Nya atau oleh sebuah pelayanan atau suatu organisasi tetapi karena masih banyak pelayanan yang belum terselesaikan atau masih banyak jiwa yang belum terlayani. Bukankah kita sering berdoa biar orang lain yang diutus, jangan saya, jangan pasangan saya atau jangan anak saya. Kalau demikian siapakah 'orang lain' itu, kalau bukan diri kita? atau apa yang terjadi kalau semua orang berpikir bahwa orang lain bukan juga saya sendiri? Apakah akan ada orang yang terpanggil melayani ladang menguning yang siap dituai itu?

Penutup

Kita melayani bukan karena jabatan, dan jabatan pendeta tak menambahkan apa2 atas hidup kita tetapi hanya membawa kepada suatu pemahaman akan istimewanya panggilanmu dan keindahan atas berita yang kau beritakan, dan biarlah keindahan berita itu semakin dirasakan jemaat dilayani.

NB: Disampaikan dalam acara Penahbisan Ev. Maria Sulistio dan Ev. Djong She Kiun ke dalam jabatan Pendeta di Lingkungan Sinode GKKK 5 Oktober 2009

No comments: