Monday, March 31, 2008

KHOTBAH SULUNG

Hidup Ditengah Penggembalaan
[2 Samuel 12:7-14]

Keberadaan seseorang di dunia ini pasti ada tujuan / rencana Allah pada dirinya. Apa pun yang diterima seseorang (kekuasaan, kekayaan, kepintaran, dll), hanya sebagai alat untuk memuluskan penggenapan rencana Allah melalui dirinya atas dunia ini. Prinsip ini pun berlaku juga atas diri hamba-Nya, Daud.

Pemilihan Allah atas Daud adalah unik dan nampak menyalahi ’aturan’ yang biasa berlaku pada waktu itu. Daud bukan seorang yang perkasa, hebat atau memiliki sesuatu yang pantas untuk membuat dirinya terpilih. Sebaliknya, dia tidak memiliki sesuatu pun yang pantas menurut ukuran manusia sehingga terpilih menjadi seorang raja dan memimpin rakyat Israel.

Daud terabaikan atau bisa jadi terlupakan oleh ayah dan saudara-saudaranya namun tidak bagi Samuel, ketika sedang melakukan ‘penyortiran’ calon raja Israel. Ia bukan seorang yang secara sengaja dicalonkan dalam pemilihan calon raja Israel, namun secara mengejutkan, di luar dugaan manusia[ayah dan saudara-saudaranya], Tuhan malah memilih dia.
Allah memilih Daud supaya ia menjadi gembala bagi rakyat Israel, menjadi kepanjangan tangan Allah untuk membimbing umat Israel supaya semakin dekat kepada-Nya. Dengan harapan, supaya bangsa Israel menjadi bangsa pilihan yang dapat memberkati bangsa-bangsa lain. Dengan bimbingan-Nya, maka tujuan Allah agar bangsa Israel menjadi saluruan berkat [Kejadian 12:2] dapat terealisasi.

Sebagai manusia biasa, Daud memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Dalam perjalanan kepemimpinannya, dengan pertolongan Allah, ia banyak melakukan tindakan kepahlawanan sehingga dia dipuja-puji oleh rakyatnya. Tetapi, sekali waktu sebagai seorang pemimpin, dia pernah mengalami kegagalan. Sebagai seorang suami, dia pernah gagal. Sebagai seorang ayah, dia pernah gagal. Dan sebagai seorang Hamba Allah, dia juga pernah gagal. Kekuasaan dan kekuatan yang dipercayakan Allah untuk memimpin umat pilihan-Nya disalah-gunakan. Kekuasaan dan kekuatan yang seharusnya dipakai untuk tujuan mulia diselewengkan hanya demi untuk kepuasan sesaat. Hanya demi untuk mendapatkan Batsyeba, dia mempergunakan kekuasaan dan kekuatannya dengan ‘menyingkirkan’ Uria, suami Batsyeba.

Puji Tuhan, Allah yang telah memilihnya tidak membiarkan dia terpuruk dalam hidupnya yang gelap [liar?]. Daud yang seharusnya menjadi gembala, juga perlu digembalakan dari ‘keliaran’ hidupnya. Melalui Nathan, nabi-Nya, Allah menegur Daud. Sebuah teguran yang cukup menyentakkan Daud. Sungguh patut dipuji, melalui teguran itu, Daud menyadari ia bukan siapa-siapa. Daud menyadari bahwa ia hanyalah seorang manusia yang lemah, butuh teguran, butuh nasihat dan butuh bimbingan, butuh penggembalaan.

Mengacu pada peristiwa Daud, Saya pun menyadari siapa diri saya. Saya bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apa yang dapat saya banggakan yang menjamin saya terus berhasil, tidak pernah gagal. Saya hanyalah manusia berdosa yang telah diselamatkan, dipilih dan dipanggil untuk melayani Dia. Sebagai manusia yang banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan, saya menyadari bahwa saya pun perlu mendapat ’penggembalaan’ dari Allah. Baik melalui keluarga, jemaat maupun orang lain di sekitar saya. Kiranya melalui ’penggembalaan’ itu semakin menyadarkan saya untuk bersikap rendah hati, siap dibentuk dan bergantung sepenuhnya kepada Dia. Jadi saya bukan hanya menggembalakan tetapi juga butuh penggembalaan dari Nathan Nathan yang menggembalakan diri saya.

Puji Tuhan pada kesempatan ini saya dipercayakan Allah. Menjadi kerinduan dan doa saya, kiranya jabatan rohani yang dipercayakan kepada saya ini menjadi alat untuk mendorong saya semakin giat menggembalakan umat yang dipercayakan Allah kepada saya. Dengan pertolongan Tuhan, Allah semesta alam, saya mampu menjalankan tugas ini dengan penuh kerendahan hati, tidak lalai dan sungguh-sunguh bertanggung jawab kepada-Nya. Amin.

No comments: