Monday, December 24, 2007

“ Kisah Kasih Natal: Masih Menggetarkan hidup rohani kita?”

Ditengah – tengah kebingaran dan gemerlapnya entertainment dunia, menjadi suatu tanda tanya besar dalam hati saya, apakah masih ada suatu tanda / makna[1] (lihat kata ‘tanda’ dalam Luk 2:12,) dari tahun demi tahun atas rutinitas Natal yang diperingati (baca: dimeriahkan) oleh orang-orang Kristen? Adakah ‘getaran’ Natal masih ‘menggoncangkan’ ke’kelabu’an, ke’galau’an serta keletih-lesu-an (akibat resesi ekonomi/bisnis, masalah dalam kehidupan rumah-tangga, masalah hubungan orang-tua/merta dan anak/menantu; masalah kesehatan, masalah pendidikan, dll.) atas hidup yang kita jalani (bnd. Mat 11:28-30)? Bukankah Natal sudah menjadi suatu komuditas dunia belaka ? Bukankah Natal hanya menjadi suatu rutinitas ekonomi yang tak mungkin tak lebih dari sekedar itu ? Bahkan Natal bagi sebagian entertainer menjadi lahan job yang berkelimpahandan menggiurkan.

Kalau kita mengamati kartu Natal pada masa sekarang, adakah kartu-kartu itu menyiratkan berita Natal pertama ? Adakah kartu itu mewartakan kasih dan pengorbanan sang Anak yang telah menjadi manusia ? Ach… akhirnya kartu Natal hanya menjadi suatu instrumen ‘komunikasi-sapaan’ antara si pengirim dan penerima atau antara memenuhi tuntutan hukum demand dan supply. Tak lebih dan tak kurang ! Mari kita maju selangkah lagi dengan melihat peringatan Natal di Gereja ? Adakah Natal menjadi instrumen Allah yang dapat menggetarkan seluruh kehidupan jemaat ? Ach… Natal berarti bagi sebagian orang (panitia Natal, lebih-lebih seksi Acara dan Dekorasi) adalah kesibukan yang melelahkan ! Lalu kalau melihat acuan-acuan tersebut masih adakah keajaiban kasih (Natal) dari Allah kepada manusia ? Adakah getaran dawai dari alunan Natal itu masih menggoyangkan seluruh sendi kalbu rohani kita ?

Natal pada kali pertama menjadi bermakna karena ‘getaran’ yang menggema ke seluruh pelosok dunia, walau dengan interpretasi masing-masing, misal dalam peristiwa :
- pra-natal yang sudah menggetarkan seluruh sendi calon ‘keluarga’ Yusuf – Maria (Luk 1: 26-38). Apakah berita malaikat itu ‘berkat’ (ay. 30) atau malapetaka bagi Maria ? Sungguh itu berita yang menggoncangkan seluruh impiannya untuk menikmati hari pernikahan yang indah.
- Raja Herodes yang ‘ketakutan’ menghadapi Natal, karena ‘tahta’ yang sedang disandangnya akan lenyap seiring dengan kehadiran Yesus. Berita dari Natal dari orang Majus itu secara ajaib membuat Herodes tidak tenang sebelum melihat siapakah Anak yang dimaksud !
- Orang Majus yang tersentak atas petunjuk atau tanda bintang di langit (bintang yang menandakan kelahiran-Nya), sehingga mereka rela meninggalkan kampung halamannya yang begitu jauh hanya DEMI memberikan penghormatan Anak (Mat 2:2).
- Para gembala yang sangat terkejut (Luk 2:9) karena mendapat lawatan Allah yang luar biasa. Mungkin mereka terkejut karena di tengah rutinisasi mendapat ‘sidak’ (inspeksi mendadak) dari malaikat Allah, mungkin mereka juga berpikir: ’mengapa mereka yang sederhana mendapat hak istimewa ?”. Yang pasti Natal pertama telah menggetarkan mereka untuk segera menemui sang Raja yang telah mereka dengar beritanya dari malaikat.
- Dll.

Natal menjadi sesuatu yang ajaib karena berita ‘baik’ (walau tidak bagi raja Herodes), karena selama bertahun-tahun mereka mengalami kehausan rohani yang luar biasa (lihat ekspresi umat terhadap kehadiran Yohanes Pembaptis, Luk 3:15; Yoh 1:19-25). Berita Natal telah menjanjikan asa akan adanya suatu pesta rohani terbesar bagi tanah perjanjian yang penuh susu dan madu ini. Natal telah merealisasikan janji sang Pembebas bagi umat manusia yang telah lama terbelenggu kegelapan. Natal menjadi secercah sinar yang menerangi lorong panjang dari kegelapan hidup manusia.

Kalau demikian dimana letak keajaiban kasih Allah di hari Natal ini? Sesungguhnya sangat sederhana makna yang dapat kembali kita gali:

1. Kasih yang menjadikan Anak Allah dari Tak Terbatas menjadi Terbatas
Hal yang luar biasa adalah bagaimana mungkin Allah yang tak terbatas rela membatasi diri-Nya. Ditengah-tengah hiruk pikuk demonstrasi yang sekarang berkembang, yang mana semua orang pada berteriak untuk memberitahukan bahwa eksistensi dan haknya perlu dihargai, didengar dan kalau perlu diterima, sungguh berita ‘kelahiran Yesus’ adalah sesuatu yang ajaib. Dunia masa kini sedang mencari kuasa diri yang tak terbatas, namun sebaliknya Natal pertama memberitakan karena kasih Ia rela melepaskan kuasa dan membatasi dirinya hanya menjadi manusia, tak lebih tak kurang !

Sesungguhnya Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, namun Ia membatasi diri dalam tubuh insani yang terikat oleh ruang dan waktu. Allah adalah roh yang dapat menembus dinding apa pun, tetapi Ia yang telah menjadi manusia (kenosis)tidak dapat menembus dinding, dll. Ia kini tidak dapat bebas lagi sebagaimana sebelum peristiwa kenosis.. Suatu pengorbanan yang dapat menjadi teladan bagi kita ditengah dunia yang sedang haus kekuasaan dan mementingkan diri sendiri.

2. Kasih Yang Mengorbankan Diri
2 Kor 5:21 :”Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Adalah hal yang tidak masuk akal adalah Allah yang kekal dan tidak mungkin binasa, namun sekarang menjadi binasa karena dosa yang tidak diperbuat-Nya (lih. 1 Kor 15:3). Memang kasih yang ajaib itu memang banyak manusia heran dan takjub, namun itulah essensi dari kasih Allah, yaitu kasih yang mengorbankan diri. Kasih yang merelakan diri untuk memikul dosa manusia melalui peristiwa kayu salib, supaya kita yang berdosa dapat diselamatkan dan mengalami pemulihan relasi dengan Allah Bapa.

Adalah mudah bagi Allah Tritunggal untuk memandang manusia sebagai pesakitan dengan ketidak-acuhan, ketidak-taatan atas pemberontakan manusia. Adalah lebih mudah bagi Allah untuk menghancurkan, menghajar, menghukum dan membinasakan mereka daripada mengorbankan Anak-Nya untuk manusia yang berdosa (Yoh 3:16). Adalah lebih mudah bagi Allah untuk mencari kesalahan manusia sehingga Dia dengan legal dan absah untuk mencambuk mereka setimpal kesalahan mereka. Namun ternyata Ia tidak melakukan itu semua, hal yang menakjubkan, yaitu Ia justru melakukan sesuatu bukan kepentingan diri. Ia bukan Allah yang mempergunakan kekuasaan-Nya untuk diperlakukan sewenang-wenang melainkan karena kasih yang ajaib itulah Ia mengorbankan diri-Nya agar yang tersesat kembali bertobat. Manusia memang menjadi objek dari kasih Allah yang ajaib itu.

3. Kasih Yang Telah Menghapus Tembok Pemisah
Kehadiran-Nya di dunia adalah untuk turut merasakan ketidakberdayaan manusia. Manusia yang semula dicipta oleh Allah dengan sempurna dan mulia menjadi hina dan papa karena pelanggaran mereka semata atas perintah Allah. Dosa telah membuka tembok-tembok strata dalam manusia. Dosa telah memilah manusia dengan kategori / status yang hina dan ningrat; antara yang bodoh dan terdidik; antara kaya dan miskin, de es te…dst….

Ia hadir untuk menghancurkan seluruh pilar-pilar pemisah di antara manusia. Kehadiran-Nya kepada kaum berdosa (Luk 7:39; 19: 1-10; Yoh 4:1-42; 8:4-11) telah ‘merusak’ tatanan masyarakat Yahudi (walau tidak agamis) yang berlaku pada saat itu; Ia hadir kepada orang kusta yang dianggap ‘sampah agama’ (Luk 17:11-19); Ia hadir kepada kaum gembala yang dianggap orang sederhana (Luk 2: 8-20); namun Ia juga hadir bagi orang yang dianggap ‘pintar’ pada masa itu (Mat 2:1-12); orang yang kaya (Luk 19:1-10); orang yang sangat beragama (Yoh 3:1-21) dan masih banyak lagi orang-orang yang mempunyai ragam status sosial di masyarakat. Natal menjadi berita ajaib karena kehadirannya telah meruntuhkan seluruh tembok – tembok pemisah yang telah dibangun dan dipelihara oleh manusia. Kehadiran-Nya telah menjembatani kehidupan antar manusia yang telah dipenuhi ‘jurang-jurang’ pemisah.

Akhir kata, saya rindu Natal kembali menjadi suatu ‘tanda’ yang menggetarkan seluruh relung kehidupan rohani kita. Natal kembali menjadi ‘tanda’ rekonsiliasi bagi pemulihan relasi Allah – saya; saya – keluarga, saya – sesama. Adakah saudara mau merasakan kembali keajaiban Natal yang pertama? Mintalah Ia kembali melawat hidup pribadi dan keluarga kita, Amin.
[1] semia (Ind: Tanda, ajaib, mujizat). Biasanya kata ini digunakan untuk membedakan sesuatu yang lain dari biasanya; untuk menjadi tanda yang menyatakan sesuatu yang istimewa daripada yang lainnya (lihat 1 Kor 1:22), sehingga orang bisa mengenalinya. Lihat orang Majus bisa mengenali suatu ‘bintang’ dari begitu banyak bintang yang bertebaran di langit..

No comments: