Rugi dach gua
Tulisan ini dibuat secara khusus untuk mereka yang baru mengambil keputusan untuk menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka.
‘Rugi dach gue…” papar seorang pria kepada rekan sepelayanan saya. ‘Kenapa kok rugi?’ tanya rekan saya tersebut. ‘Ya… kemarin pacar saya telah putus’in gue, setelah sekian lama pacaran’. Kalau demikian apanya yang membuat kamu rugi?’ tanya sang rekan saya itu lagi.
‘Jelas dong saya rugi, selama ini kalo saya interlokal dengan dia, selalu saya yang bayar pulsanya.’ ‘Makanya saya tagih kembali kepada dia seluruh pengeluaran ‘percakapan’ kami berdua.’
‘lho…kok begitu ?’
‘ya supaya impas alias tidak rugi-rugi amat dari pihak gue.’ Alamak ! saya geleng-geleng kepala dengar cerita ini, walau juga ada uncur geli juga dalam hati:’ kok ada ya... pemikiran seperti ini.’
Mungkin kita tak akan melakukan tindakan sebodoh teman rekan saya itu, tetapi sangat mungkin kita melakukan juga dalam perkara lain. Apa sih yang terbersit dalam pikiran kita ketika membaca pernyataan di atas ? Mungkin sekali kerugian dalam arti kehilangan sesuatu yang bersifat material atau non-material, misalkan dalam perdagangan, pacaran, transaksi,dll. Suatu ungkapan yang seringkali terlontar, ketika terjadi ketidak-seimbangan antara yang kita keluarkan dengan yang kita dapatkan. Ketika ada sesuatu yang hilang dari diri kita, yang kita sayangi lenyap maka kita membuat statemen bahwa kita telah dirugikan.
Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa ikut Tuhan itu merugikan [siap rugi] dan masa depan menjadi ‘suram’ Mengapa muncul anggapan itu di kalangan beberapa orang ? Mungkin sekali tak lepas dari konsep-konsep sekitar:
1. Rugi karena tidak bisa berbuat ‘dosa’ lagi. Dirugikan karena hidupku sekarang tak akan sebebas seperti dulu lagi. Sebab hidup sekarang dibatasi oleh aturan dan larangan. Sehingga banyak orang beranggapan bahwa kekristenan itu identik dengan aturan.
2. Selama saya menjadi orang Kristen, bukan berkat saya peroleh malah seringkali mengalami ‘kesialan’, malapetaka, atau musibah.
3. M. Luther berkata bahwa dimana hatimu disitu Allahmu berada. Ini sangat tepat sekali karena banyak orang setelah menjadi ‘Kristen’, maka sesungguhnya ia ‘hanya’ berpindah dari satu ‘Allah’ kepada ‘Allah’ yang lain. Mengapa rugi karena Allah yang baru belum tentu seperti Allah yang lama, yang sudah menjamin hidupnya, sudah membantu dia dalam usaha, rumah tangga, dll. Itu berarti bahwa dalam Konsep mereka Allah itu hanya sekedar ‘pembantu khusus’ yang dapat diminta, disuruh, diperintah oleh pemeluknya. Kalau demikian apakah konsep itu adalah Allah? Allah tak seperti itu seharusnya.
Apakah memang benar mengikuti Tuhan itu merguikan kita? Ya, kalau kita menghitung dengan kalkulasi untung-rugi secara materi atau sesuatu yang kasat mata, sesuatu yang bisa dilihat oleh mata jasmani. Paulus berkata ‘semua kuanggap rugi karena pengenalanku akan Dia [Fil 3:7-8], apakah itu berarti Paulus belum mengecap kelimpahan dunia ? Belum lagi perkataan Salomo yang mengatakan bahwa di bawah matahari segalanya sia-sia ? apakah ini sama dengan konsep di atas? Tentu tidak.
Kalau begitu apakah keuntungan mengikuti Tuhan ? Keuntungannya adalah pada kesempatan untuk mengenal Tuhan, sebab tidak semua orang yang mendengar Tuhan dapat mendengar [Yes 6:9-10; Yes 42: 20; Mat 13:10-17; Kis 28:27]. Dari ayat-ayat diatas, sangat jelas bahwa banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk mendengar namun hati mereka tak mengerti, mendengar dan memahami, karena hati mereka dikeraskan oleh Tuhan. Oleh sebab itu dalam Mat 13:16 dikatakan bahwa suatu kebahagian bagi orang yang dapat percaya kepada apa yang mereka lihat dan dengar.
Salomo berkata bahwa segala sesuatu sia-sia kalau tanpa Tuhan. Sebab ia sudah merasakan kenikmatan dunia secara berlimpah. Dan semua itu tak membuat dia puas, sebab tak mungkin ciptaan Allah yang sangat baik dapt dipuaskan hanya oleh sesuatu yang berisi dan bersifat materi. Manusia yang diciptakan membutuhkan pemuasan yang bersifat rohani, jadi tak sekedar materi yang fana dan sementara sifatnya. Tak mungkin essensi ‘A’ dapat dipuaskan oleh essensi ‘B’. Essensi ‘A’ hanya dapat cocok dengan essensi A.
Yesus menegaskan bahwa makanan-Nya adalah melakukan
pekerjaan Bapa yang mengutus Dia [Yoh 4:34], itu berarti kewajiban Dia selama di dunia adalah memenuhi kehendak Bapa. Kehendak Bapa adalah agar semua orang diselamatkan, maka ketika Ia tidak melakukan kehendak Bapa, maka semua manusia pasti binasa dan itu berarti kerugian bagi manusia. Untuk bisa percaya kepada Tuhan Yesus yang telah diutus Bapa untuk menyelamatkan kita sudah termasuk anugerah.
Keselamatan dan percaya Tuhan Yesus adalah penting dan terutama, sedangkan yang lain adalah asesori yang Tuhan berikan kepada manusia. Namun acapkali manusia mengejar asesori dan melupakan essensi yang sesungguhnya. Sehingga ketika asesori hilang, mereka merasa rugi, tetapi kalau essensi [hidup dalam Kristus] diabaikan, kadang ditinggalkan, kita tidak merasa rugi.
Akhir kata, selamat datang dalam kerajaan Allah bagi mereka yang telah percaya Tuhan Yesus dalam Camp Pemuda – Remaja 2004 kemarin. Apa yang telah kalian putuskan bukanlah sesuatu yang merugikan, tetapi kebahagian, camkalah itu !!!
samthe
agustus 04
No comments:
Post a Comment